Suatu hari guru Lao Tzu, Chang Cong yang sakit keras mendekati akhir hidupnya , Lao Tzu mengunjunginya.
"Guru, apakah guru mempunyai kata bijak terakhir untukku ?" tanya Lao Tzu kepadanya
"Sekalipun kamu tidak bertanya , aku pasti akan mengatakan sesuatu kepadamu "ujar Chang Cong
"Apakah itu ?"
"Kamu harus turun dari keretamu bila kamu melewati kota kelahiranmu"
"Ya, Guru. Ini berarti orang tidak boleh melupakan asal usulnya"
"Bila kamu melihat pohon yang tinggi , kamu harus maju dan mengaguminya "
"Ya, Guru. Ini berarti saya harus menghormati yang lebih tua"
"Sekarang lihat dan katakan apakah kamu dapat melihat lidahku ?"
"Ya."
"Apakah kamu melihat gigiku ?"
"Tidak, tidak ada gigi yang tersisa. "
"Kamu tahu kenapa?" tanya tanya Chang Cong
"Aku rasa, lidah tetap ada karena lunak . Gigi rontok karena mereka keras, benar tidak ?"
"Ya anakku " Jawab Chang Cong
"Itulah kebijaksanaan di dunia , aku tidak punya apa-apa lagi untuk diajarkan kepadamu "
Di kemudian hari, Lao Tzu berkata :
"Tidak ada sesuatupun di dunia yang selunak air , Namun tidak ada yang menggungulinya dalam mengalahkan yang keras . Yang lunak mengalahkan yang keras dan lembut mengalahkan yang kuat. Setiap orang tahu itu, tapi sedikit saja yang mempraktikannya"
(Source : Kisah-kisah kebijaksanaan China Klasik , Michael C. Tang)
Benar sekali apa yang diungkapkan oleh Lao Tzu, dapat kita lihat kenyataanya dalam perjuangan Gandhi. Bersikap keras terhadap hal yang keras tidak menyelesaikan soal namun bersikap lembut, adalah hal yang terbaik. Pelajaran ini sangat penting bagi kita ketika memasuki masyarakat, dimana jika kita bisa mengendalikan emosi kita dalam menghadapi lawan bicara yang keras. Secara perlahan-lahan , lawan bicara anda akan mulai melembut juga dalam menanggapi apa yang anda bicarakan. Terutama yang sering terjadi adalah hubungan antara atasan dan bawahan, beberapa atasan merupakan orang-orang dengan karakteristik yang keras dan cenderung mau menang sendiri, mengacuhkan pendapat anda sebagai seorang atasan. Namun kebanyakan bawahan hanya menanggapi dengan 2 cara saja.
Pertama, mengikuti aturan main si boss walaupun keputusan dari si boss tidak sreg di hati
Kedua, menentang si atasan karena idealisme kita dalam debat yang berapi-api yang berujung pada dipecat
Bagaimana kalau kita mengambil sedikit pelajaran kebijaksanaan dari Lao Tzu dan menerapkannya dengan mengkomunikasikan secara halus, perlahan dan tidak secara frontal menyinggung atasan, dibarengi dengan kata-kata manis yang dapat membuat si atasan membumbung tinggi. Tentunya si atasan lama kelamaan akan berubah menjadi lebih lunak dan mau mendengarkan pendapat kita.
Sunday, July 20, 2008
Saturday, July 19, 2008
E-Mail dan hal yang tak terduga
Saturday, July 19, 2008
0
Suatu kali saya membaca tentang topik "E-mail dan Manusia Super" dari Kompas cetak. Hal ini mengingatkan pengalaman yang saya alami dengan e-mail.
Berbicara tentang pentingnya email memang terkadang seperti pisau bermata dua. Di satu sisi, mungkin bagi perusahaan dengan pekerja yang sudah terjamah oleh teknologi informasi dan tidak bisa melepaskan diri dari kepentingan urusan surat-menyurat online. Seringkali e-mail itu urgensinya tidak tinggi namun kita sudah terbiasa untuk menjawab email tersebut. Sehingga dalam kompas dipaparkan bahwa hal ini menjadi dillema. Apakah mengecek dan membalas email setiap hari itu adalah bermanfaat atau tidak ? jika email dipergunakan secara benar maka manfaat yang kita dapat bisa sangat besar, kita dapat mengirimkan informasi, surat ataupun sekedar artikel kepada orang lain di belahan dunia lain dalam waktu sigkat dan sekejap. Namun buruknya, email seringkali menjadi bagian dari pergaulan kita secara online dan kadang-kadang dapat mengurangi profesionalitas kita dalam bekerja karena menghentikan aktivitas sebentar untuk mengecek email, yang mungkin dari rekanan ataupun kerabat kita. Persoalan akan hal ini mungkin dihindari dengan membagi email untuk urusan profesional dan pribadi namun, manusia kebanyakan cenderung pragmatis dan menggunakan sekadar 1 jenis email saja agar tidak perlu mengingat-ingat email yang lainnya, belum lagi gempuran spamming email yang dilakukan spammer yang cukup "menggangu" kenyamana kita ber-email ria. Beberapa menggunakan outlook ataupun thunderbird dalam mengorganisir email, tapi hal ini terkadang bisa dianggap "repot" karena harus me-launch software lagi. Bagi pengguna awam yang cenderung membutuhkan kemudahan, membuka email dari browser saja sudah cukup.
Di sisi lain, e-mail terkadang memberikan informasi yang sepele sekali namun berguna. Bisa saja cerita yang menghibur hati, memotivasi dan sekadar pemberitahuan akan peringatan tentang hal-hal buruk yang menimpa seseorang dan dia menyebarkannya lewat email agar orang-orang lain tidak mengulangi kesalahan yang sama, ataupun informasi seminar yang mungkin saja membuat kita tertarik untuk mengikutinya, menambah wawasan kita.
Saya pernah mendapatkan e-mail yang berisi motivasi dari seorang teman di kala senggang dan iseng mengecek email saya . Walaupun hanya forward saja, dan yang menjadi point penting dari ini adalah hal ini mengubah seluruh pandangan hidup saya. Di kala sedang merasa bahwa hidup saya berantakan, dengan nilai akademis yang payah karena tidak bersunguh-sunguh dalam kuliah. Saya mulai bangkit dan ingin sekali mengulang sejarah dalam hidup saya. Sebagai seorang achiever, saya mengejar nilai yang kelihatannya sudah "no hope" lagi. Saya tidak berputus asa karena hal ini. Bayangkan, hanya karena hal kecil yang mungkin tidak terpikirkan oleh kita dapat saja begitu powerfull mengubah pemikiran kita.
dan kutipan terakhir dari email tersebut adalah :
"You've got to find what you love"
berbekal ini saya mencari apakah yang saya sukai, dan saya memfokuskan diri pada hal tersebut. Berharap bahwa suatu hari hal ini akan menjadi kompetensi tambahan bagi saya ketika memasuki dunia nyata, sebagai praktisi dan bukan sebagai seorang pelajar lagi.
Berbicara tentang pentingnya email memang terkadang seperti pisau bermata dua. Di satu sisi, mungkin bagi perusahaan dengan pekerja yang sudah terjamah oleh teknologi informasi dan tidak bisa melepaskan diri dari kepentingan urusan surat-menyurat online. Seringkali e-mail itu urgensinya tidak tinggi namun kita sudah terbiasa untuk menjawab email tersebut. Sehingga dalam kompas dipaparkan bahwa hal ini menjadi dillema. Apakah mengecek dan membalas email setiap hari itu adalah bermanfaat atau tidak ? jika email dipergunakan secara benar maka manfaat yang kita dapat bisa sangat besar, kita dapat mengirimkan informasi, surat ataupun sekedar artikel kepada orang lain di belahan dunia lain dalam waktu sigkat dan sekejap. Namun buruknya, email seringkali menjadi bagian dari pergaulan kita secara online dan kadang-kadang dapat mengurangi profesionalitas kita dalam bekerja karena menghentikan aktivitas sebentar untuk mengecek email, yang mungkin dari rekanan ataupun kerabat kita. Persoalan akan hal ini mungkin dihindari dengan membagi email untuk urusan profesional dan pribadi namun, manusia kebanyakan cenderung pragmatis dan menggunakan sekadar 1 jenis email saja agar tidak perlu mengingat-ingat email yang lainnya, belum lagi gempuran spamming email yang dilakukan spammer yang cukup "menggangu" kenyamana kita ber-email ria. Beberapa menggunakan outlook ataupun thunderbird dalam mengorganisir email, tapi hal ini terkadang bisa dianggap "repot" karena harus me-launch software lagi. Bagi pengguna awam yang cenderung membutuhkan kemudahan, membuka email dari browser saja sudah cukup.
Di sisi lain, e-mail terkadang memberikan informasi yang sepele sekali namun berguna. Bisa saja cerita yang menghibur hati, memotivasi dan sekadar pemberitahuan akan peringatan tentang hal-hal buruk yang menimpa seseorang dan dia menyebarkannya lewat email agar orang-orang lain tidak mengulangi kesalahan yang sama, ataupun informasi seminar yang mungkin saja membuat kita tertarik untuk mengikutinya, menambah wawasan kita.
Saya pernah mendapatkan e-mail yang berisi motivasi dari seorang teman di kala senggang dan iseng mengecek email saya . Walaupun hanya forward saja, dan yang menjadi point penting dari ini adalah hal ini mengubah seluruh pandangan hidup saya. Di kala sedang merasa bahwa hidup saya berantakan, dengan nilai akademis yang payah karena tidak bersunguh-sunguh dalam kuliah. Saya mulai bangkit dan ingin sekali mengulang sejarah dalam hidup saya. Sebagai seorang achiever, saya mengejar nilai yang kelihatannya sudah "no hope" lagi. Saya tidak berputus asa karena hal ini. Bayangkan, hanya karena hal kecil yang mungkin tidak terpikirkan oleh kita dapat saja begitu powerfull mengubah pemikiran kita.
dan kutipan terakhir dari email tersebut adalah :
"You've got to find what you love"
berbekal ini saya mencari apakah yang saya sukai, dan saya memfokuskan diri pada hal tersebut. Berharap bahwa suatu hari hal ini akan menjadi kompetensi tambahan bagi saya ketika memasuki dunia nyata, sebagai praktisi dan bukan sebagai seorang pelajar lagi.
Labels:
My Insights
Friday, July 18, 2008
Lessons from Mr Reza Indragiri Amriel
Friday, July 18, 2008
0
Pada hari rabu, 16 juli 2008 saya mengikuti seminar dari BinusCareer yang bertajuk "The Art of Personality test" dengan menghadirkan salah satu pembicara yang saya anggap sangat unik dan benar-benar live, yaitu pak Reza Amriel. Beliau adalah dosen fakultas psikologi di BINUS UNIVERSITY. Acara yang diadakan oleh BinusCareer ini sebenarnya ditargetkan untuk memberikan wawasan kepada para mahasiswa Binus yang mungkin akan membantu mereka dalam dunia kerja usai lulus dari universitas. Beberapa hal seperti trik2 menjawab pertanyaan dalam wawancara kerja sangat menarik minat peserta , terutama pada 3 hal ini
Selain beberapa hal tersebut, pak Reza juga memperlihatkan 4 orang peserta seminar yang maju ke depan dan diberikan suatu kasus untuk dipecahkan bersama dengan tujuan menilai karakter masing-masing dan apakah bidang yang cocok bagi mereka.
Persoalannya adalah bahwa dia sebagai penguasa afrika akan mendapat bantuan $ 1000 milyar dan keempat orang tersebut ditugaskan sebagai menteri dengan berbagai bidang. Mereka berembuk untuk menentukan alokasi uang terbesar pada departemen kementrian mana.
Terlihat ada yang berinisiatif mengajukan konsep dan ada yang menolak konsep utama yang ditawarkan , ikut-ikutan dan salah satu sebagai penengah dalam kericuhan antara dua orang yang berbeda pendapat.
Setelah melewati sesi tersebut, pak Reza memberikan analisisnya seraya berkata "sayangnya dana tersebut tidak akan saya berikan karena tidak ada yang cocok. Pak Reza menilai, orang yang pertama kali berinisiatif menerima microphone dari dia mungkin berpotensi untuk memimpin namun ternyata kelihatannya kurang tegas dan lebih cocok menjadi seorang kepala gudang , yang mengkritik konsep utama mungkin merupakan orang yang cocok jadi penasehat dan yang ikut-ikutan sebagai karyawan tulen dan yang menghibur kelompok sebagai "badut kerjaan".
Hal utama yang diincar dalam problematika ini adalah butuhnya persamaan persepsi.
Ya, seorang pemimpin harus bisa menyamakan persepsi dalam kelompok sehingga mereka dapat bekerja dengan lancar.
Beberapa hal yang saya tangkap dari seminar tersebut adalah bahwa sikap (attitude) lebih penting dari (aptitude) dalam meraih kesuksesan bahkan kontribusinya sebesar 80%. Hal yang luar biasa sekali ! Oleh sebab itu pesan pak Reza adalah agar kita tidak hanya difokuskan pada buku-buku tapi juga ilmu-ilmu lain yang mungkin tidak akan didapatkan secara formal seperti kemampuan bergaul dan kemampuan dalam berkomunikasi dalam bahasa asing yang baik.
karena dewasa ini perusahaan cenderung mencari orang-orang yang mempunyai Multiple skills dan cenderung orang yang generalis dan adaptable lah yang cocok dalam menduduki posisi top manajemen dalam perusahaan karena dapat bekerja dengan fleksibel ketika harus ditempatkan di bidang apapun.
Thanks a lot to Pak Reza yang membuka wawasan saya lebih luas tentang artinya penting komunikasi dalam membangun jaringan pertemanan yang luas dan kelancaran komunikasi dalam wawancara kerja.
- Berapakah salary yang anda harapkan ?
- Apakah Kelemahan anda ?
- Kenapa memilih perusahaan kami ?
Selain beberapa hal tersebut, pak Reza juga memperlihatkan 4 orang peserta seminar yang maju ke depan dan diberikan suatu kasus untuk dipecahkan bersama dengan tujuan menilai karakter masing-masing dan apakah bidang yang cocok bagi mereka.
Persoalannya adalah bahwa dia sebagai penguasa afrika akan mendapat bantuan $ 1000 milyar dan keempat orang tersebut ditugaskan sebagai menteri dengan berbagai bidang. Mereka berembuk untuk menentukan alokasi uang terbesar pada departemen kementrian mana.
Terlihat ada yang berinisiatif mengajukan konsep dan ada yang menolak konsep utama yang ditawarkan , ikut-ikutan dan salah satu sebagai penengah dalam kericuhan antara dua orang yang berbeda pendapat.
Setelah melewati sesi tersebut, pak Reza memberikan analisisnya seraya berkata "sayangnya dana tersebut tidak akan saya berikan karena tidak ada yang cocok. Pak Reza menilai, orang yang pertama kali berinisiatif menerima microphone dari dia mungkin berpotensi untuk memimpin namun ternyata kelihatannya kurang tegas dan lebih cocok menjadi seorang kepala gudang , yang mengkritik konsep utama mungkin merupakan orang yang cocok jadi penasehat dan yang ikut-ikutan sebagai karyawan tulen dan yang menghibur kelompok sebagai "badut kerjaan".
Hal utama yang diincar dalam problematika ini adalah butuhnya persamaan persepsi.
Ya, seorang pemimpin harus bisa menyamakan persepsi dalam kelompok sehingga mereka dapat bekerja dengan lancar.
Beberapa hal yang saya tangkap dari seminar tersebut adalah bahwa sikap (attitude) lebih penting dari (aptitude) dalam meraih kesuksesan bahkan kontribusinya sebesar 80%. Hal yang luar biasa sekali ! Oleh sebab itu pesan pak Reza adalah agar kita tidak hanya difokuskan pada buku-buku tapi juga ilmu-ilmu lain yang mungkin tidak akan didapatkan secara formal seperti kemampuan bergaul dan kemampuan dalam berkomunikasi dalam bahasa asing yang baik.
karena dewasa ini perusahaan cenderung mencari orang-orang yang mempunyai Multiple skills dan cenderung orang yang generalis dan adaptable lah yang cocok dalam menduduki posisi top manajemen dalam perusahaan karena dapat bekerja dengan fleksibel ketika harus ditempatkan di bidang apapun.
Thanks a lot to Pak Reza yang membuka wawasan saya lebih luas tentang artinya penting komunikasi dalam membangun jaringan pertemanan yang luas dan kelancaran komunikasi dalam wawancara kerja.
Labels:
My Insights
Subscribe to:
Posts (Atom)