Beberapa waktu lalu , saya menyaksikan sebuah video yang ditayangkan dalam kelas sebagai pembangkit motivasi
(sebenarnya menurut saya , adalah untuk menyakikan bahwa para mahasiswa tidak mengambil langkah yang salah karena telah memutuskan untuk memasuki dunia kampus)
dalam video itu ditayangkan Li Ka Shing , orang paling kaya di Hongkong dan Asia timur. dan menurut majalah forbes juga merupakan keturunan China yang paling kaya di dunia dengan kekayaan bersih sekira $2.65 Milyar dengan perusahaannya "Hutchison Whampoa Ltd"
Kutipan yang saya anggap bisa dijadikan pelajaran adalah :
"Knowledge doesn't guarantee people to become rich but I do believe it opens more opportunity ... "
Li Ka Shing,
Latar belakangnya juga dari masyarakat yang tidak mampu dan dengan tanggung jawab untuk menyokong perekonomian keluarga , Li terpaksa harus meninggalkan bangku sekolah sebelum usia 15 tahun dan bekerja pada perusahaan perdagangan plastik dengan 16 jam sehari . Alangkah bersyukurnya saya karena mampu mengecap pendidikan sampai umur 20an ~_~ . Yang menarik, dia berkemauan keras dan dengan keuletan , kesabarannya akhirnya dia berhasil untuk mendirikan usahanya sendiri.
Berikut adalah kutipan dari Artikel Harvard businees school
"From his humble beginnings in China as a teacher’s son, a refugee, and later as a salesman, Li provides a lesson in integrity and adaptability. Through hard work, and a reputation for remaining true to his internal moral compass, he was able to build a business empire that includes: banking, construction, real estate, plastics, cellular phones, satellite television, cement production, retail outlets (pharmacies and supermarkets), hotels, domestic transportation (sky train), airports, electric power, steel production, ports, and shipping"
Sungguh hal ini membuat saya kagum dengan pak Li
Dengan kerja kerasnya , integritas dirinya dia memiliki kepercayaan dari banyak orang untuk memimpin bisnis.
Walaupun Pak Li bukanlah dari kalangan terpelajar tapi pak Li tetap menyatakan bahwa pendidikan adalah hal yang penting, walaupun tidak menjanjikan orang yang terpelajar untuk kaya namun dengan pendidikan dan pengetahuan dapat membuka lebih lebar kesempatan untuk meraih kekayaan yang menjadikan dambaan setiap orang.
Sebelumnya saya merasa telah mengambil salah langkah dalam hidup ini dengan memasukki perkuliahan , tapi setelah apa yang pak Li katakan, saya mengubur dalam2 hal yang saya anggap benar itu. Saya menjadi sadar, dengan menjadi orang yang terpelajar. apa yang dapat membedakan kita dari orang yang tidak terpelajar. Harusnya kita lebih mampu bersaing lagi dengan orang yang tidak terpelajar. dan dibalik perkataannya "I do believe it opens more opportunity.. " saya tersentak dan berpikir bahwa hal ini benar sekali.
Orang dengan bekal ilmu pengetahuan sudah seharusnya sangat sigap dalam menghadapi kompetisi dan tentunya... lebih kompetitif karena kita memiliki kekuatan yang sangat powerfull " Knowledge" yang tidak murah, harus dibayar dengan waktu, biaya, usaha dan kelelahan.
Thanks to Mr Li for giving such lessons.
Now, I do know what I must do with my talent, my education, and opportunies that open more wide in front of me
Sunday, May 25, 2008
Wednesday, May 21, 2008
Stress
Wednesday, May 21, 2008
0
Pada suatu acara perkuliahan , saya menemukan dosen saya mengungkapkan hal yang saya rasa menjad perspektif baru yang sangat mempengaruhi arah pemikiran saya. Yaitu ,
"Stress itu karena apa yang diucapkan tidak sesuai dengan yang ada di hati , bukan banyaknya permasalahan yang kita hadapi"
Tadinya ini ditujukan oleh dosen saya sebagai sikap kritis atas pejabat-pejabat negeri ini dan ketidak konsistenan mereka dalam mempertahankan idealisme mereka, tapi ini juga dapat dijadikan kritik atas sikap dan pengalaman kita dalam menemui suatu permasalahan
Saya juga merasakannya dalam scope pribadi dalam hal ini antara leadership dan tim, Hal ini muncul dalam kelompok kerja tugas-tugas yang akhir-akhir ini sangat banyak. Tadinya saya merasa "wah stress juga ini banyak tugas banget"
tapi ternyata saya salah, setelah dipikir2..... Benar juga bahwa apa yang tidak sejalan dengan idealisme kita cenderung menjadikan kita stress...
Mungkin dalam 1 workgroup kita akan binggung untuk menentukan siapakah yang akan menjadi group leader ? at least.. siapakah yang akan memimpin dan mengarahkan banyaknya orang dalam 1 group. Hal ini tidak mudah dimana sifat ego masing-masing tidak mau didominasi walaupun beberapa memang merasakan hal itu sebagai hal yang perlu. Tapi sikap ego dari masing-masing orang dapat kita pengaruhi asalkan kita mempunyai apa yang saya sebut... "Kharisma" dan kharisma ini tidak mudah didapatkan... beberapanya adalah kata-kata yang tepat dalam melembutkan kekerasan hati masing-masing ataupun dengan apa yang kita lakukan. Suatu kali saya ingin sekali memposisikan diri dalam kelompok sebagai pemimpin karena saya merasakan juga bahwa hal ini perlu dimana masing-masing merasakan kurangnya satu karakter dominan untuk mengarahkan workgroup.
Ketika mengalami pengalaman ini saya mulai merasakan Stress, dengan sebab seperti apa yang saya jabarkan. bahwa tidak sesuai dengan apa yang kita mau secara "idealnya" mau tidak mau maka harus ada yang mengalah dengan dasar rasionalitas atas kinerja kita juga.
Sementara sikap untuk membawa 1 kelompok dengan satu tujuan ataupun mengerucutkan perspektif yang lebar dapat dianggap menyebalkan atau "sok kuasa" dan jika tidak melakukan hal ini maka group akan mempunyai pandangan masing-masing.
Hal ini cenderung membawa kita pada kondisi "stress" dibawa tekanan 2 hal yang vital.
pernahkah anda merasa :
"akan lebih baik...."
"saya ingin sekali....."
"saya harus......"
hal tersebut menyatakan intensitas kita atas kemauan kita sendiri.... seberapa maunya.
Jika kita hanya merasakan intensitas yang lemah "akan lebih baik....." dan keputusan yang benar menjadi tidak kita ambil dan cenderung membuat kita stress karena apa yang mau kita kerjakan(ekpektasi) kita harus mati (mengalah) untuk kepentingan kolektif yang mungkin membawa kita kepada kesalahan.
Tapi jika anda mempunyai intensitas "saya harus..." dan digaungkan terus, anda akan mencari cara bagaimana untuk mengurangi intensitas penilaian orang atas "sok kuasa" anda . Apalagi kalau keputusan anda membawa orang pada jalan yang benar. Inilah yang dinamakan risk sebagai seorang pemimpin team. Dan tentunya, apabila sikap konsisten kita ini benar2 kuat sekali maka apa yang menjadi idealnya kita akan terpenuhi, walaupun tidak sepenuhnya. Maka anda tidak akan menghadapi stress berkelanjutan tapi hanya mengalami stress di awal saja, ketika masalah terpecahkan (selesai) maka berakhirlah stress anda.
Berbeda apabila anda memilih "akan lebih baik" maka stress yang anda hadapi akan kontinu karena apa yang menjadi ekpektasi anda tidak terjadi sementara anda menyadari tidak harusnya melakukan langkah tsb.....
Stress anda akan semakin parah....
Hal ini merupakan pengalaman pribadi
Dalam suatu kelompok tim, beberapa orang tidak mempunyai perspektif yang sama sebelum melakukan tugas masing-masing. apakah saya harus menyamakan perspektifnya ? tentu saja iya.
setelah itu, maka akan terjadi pengerjaan pada apa yang hendak kita lakukan... tapi pada prosesnya timbullah pro dan kontra ... apakah harus..... atau harus......
disinilah stress mulai muncul.
Jika anda bersikap terlalu resesif, mungkin anda akan mengalami stress yang pertama
begitu juga jika bersikap dominan maka stress yang dihadapi juga merupakan stress yang pertama dan dapat berupa ketidakhormatan orang lain kepada anda
adalah penting bagaimana kita dapat bersikap assertif dalam tim sehingga walaupun terlihat sok kuasa (bossy) tapi kita tetap bisa memanage hubungan dengan orang-orang yang bekerjasama dengan kita. Bukan sebagai pribadi yang bossy tapi sebagai pribadi yang berbaur. That's all . Karena kita bukanlah apa-apa tanpa teman-teman dan tim kita.
We're the social creature...
"Stress itu karena apa yang diucapkan tidak sesuai dengan yang ada di hati , bukan banyaknya permasalahan yang kita hadapi"
Tadinya ini ditujukan oleh dosen saya sebagai sikap kritis atas pejabat-pejabat negeri ini dan ketidak konsistenan mereka dalam mempertahankan idealisme mereka, tapi ini juga dapat dijadikan kritik atas sikap dan pengalaman kita dalam menemui suatu permasalahan
Saya juga merasakannya dalam scope pribadi dalam hal ini antara leadership dan tim, Hal ini muncul dalam kelompok kerja tugas-tugas yang akhir-akhir ini sangat banyak. Tadinya saya merasa "wah stress juga ini banyak tugas banget"
tapi ternyata saya salah, setelah dipikir2..... Benar juga bahwa apa yang tidak sejalan dengan idealisme kita cenderung menjadikan kita stress...
Mungkin dalam 1 workgroup kita akan binggung untuk menentukan siapakah yang akan menjadi group leader ? at least.. siapakah yang akan memimpin dan mengarahkan banyaknya orang dalam 1 group. Hal ini tidak mudah dimana sifat ego masing-masing tidak mau didominasi walaupun beberapa memang merasakan hal itu sebagai hal yang perlu. Tapi sikap ego dari masing-masing orang dapat kita pengaruhi asalkan kita mempunyai apa yang saya sebut... "Kharisma" dan kharisma ini tidak mudah didapatkan... beberapanya adalah kata-kata yang tepat dalam melembutkan kekerasan hati masing-masing ataupun dengan apa yang kita lakukan. Suatu kali saya ingin sekali memposisikan diri dalam kelompok sebagai pemimpin karena saya merasakan juga bahwa hal ini perlu dimana masing-masing merasakan kurangnya satu karakter dominan untuk mengarahkan workgroup.
Ketika mengalami pengalaman ini saya mulai merasakan Stress, dengan sebab seperti apa yang saya jabarkan. bahwa tidak sesuai dengan apa yang kita mau secara "idealnya" mau tidak mau maka harus ada yang mengalah dengan dasar rasionalitas atas kinerja kita juga.
Sementara sikap untuk membawa 1 kelompok dengan satu tujuan ataupun mengerucutkan perspektif yang lebar dapat dianggap menyebalkan atau "sok kuasa" dan jika tidak melakukan hal ini maka group akan mempunyai pandangan masing-masing.
Hal ini cenderung membawa kita pada kondisi "stress" dibawa tekanan 2 hal yang vital.
pernahkah anda merasa :
"akan lebih baik...."
"saya ingin sekali....."
"saya harus......"
hal tersebut menyatakan intensitas kita atas kemauan kita sendiri.... seberapa maunya.
Jika kita hanya merasakan intensitas yang lemah "akan lebih baik....." dan keputusan yang benar menjadi tidak kita ambil dan cenderung membuat kita stress karena apa yang mau kita kerjakan(ekpektasi) kita harus mati (mengalah) untuk kepentingan kolektif yang mungkin membawa kita kepada kesalahan.
Tapi jika anda mempunyai intensitas "saya harus..." dan digaungkan terus, anda akan mencari cara bagaimana untuk mengurangi intensitas penilaian orang atas "sok kuasa" anda . Apalagi kalau keputusan anda membawa orang pada jalan yang benar. Inilah yang dinamakan risk sebagai seorang pemimpin team. Dan tentunya, apabila sikap konsisten kita ini benar2 kuat sekali maka apa yang menjadi idealnya kita akan terpenuhi, walaupun tidak sepenuhnya. Maka anda tidak akan menghadapi stress berkelanjutan tapi hanya mengalami stress di awal saja, ketika masalah terpecahkan (selesai) maka berakhirlah stress anda.
Berbeda apabila anda memilih "akan lebih baik" maka stress yang anda hadapi akan kontinu karena apa yang menjadi ekpektasi anda tidak terjadi sementara anda menyadari tidak harusnya melakukan langkah tsb.....
Stress anda akan semakin parah....
Hal ini merupakan pengalaman pribadi
Dalam suatu kelompok tim, beberapa orang tidak mempunyai perspektif yang sama sebelum melakukan tugas masing-masing. apakah saya harus menyamakan perspektifnya ? tentu saja iya.
setelah itu, maka akan terjadi pengerjaan pada apa yang hendak kita lakukan... tapi pada prosesnya timbullah pro dan kontra ... apakah harus..... atau harus......
disinilah stress mulai muncul.
Jika anda bersikap terlalu resesif, mungkin anda akan mengalami stress yang pertama
begitu juga jika bersikap dominan maka stress yang dihadapi juga merupakan stress yang pertama dan dapat berupa ketidakhormatan orang lain kepada anda
adalah penting bagaimana kita dapat bersikap assertif dalam tim sehingga walaupun terlihat sok kuasa (bossy) tapi kita tetap bisa memanage hubungan dengan orang-orang yang bekerjasama dengan kita. Bukan sebagai pribadi yang bossy tapi sebagai pribadi yang berbaur. That's all . Karena kita bukanlah apa-apa tanpa teman-teman dan tim kita.
We're the social creature...
Labels:
My Insights
Sunday, May 11, 2008
Stay Hungry, Stay Foolish
Sunday, May 11, 2008
0
Berikut ini adalah pidato dari seorang idola saya
Steve Jobs
semoga berguna bagi pembaca sekalian
Pidato Steve Job di Acara Wisuda Stanford University
Stay Hungry. Stay Foolish
Saya merasa bangga di tengah-tengah Anda sekarang,
yang akan segera lulus dari salah satu universitas
terbaik di dunia. Saya tidak pernah selesai kuliah.
Sejujurnya, baru saat inilah saya merasakan suasana
wisuda. Hari ini saya akan menyampaikan tiga cerita
pengalaman hidup saya. Ya, tidak perlu banyak. Cukup
tiga.
Cerita Pertama: Menghubungkan Titik-Titik
Saya drop out (DO) dari Reed College setelah semester
pertama, namun saya tetap berkutat di situ sampai 18
bulan kemudian, sebelum betul-betul putus kuliah.
Mengapa saya DO?
Kisahnya dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung saya
adalah mahasiswi belia yang hamil karena "kecelakaan"
dan memberikan saya kepada seseorang untuk diadopsi.
Dia bertekad bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga
sarjana, maka saya pun diperjanjikan untuk dipungut
anak semenjak lahir oleh seorang pengacara dan
istrinya. Sialnya, begitu saya lahir, tiba-tiba mereka
berubah pikiran karena ingin bayi perempuan. Maka
orang tua saya sekarang, yang ada di daftar urut
berikutnya, mendapatkan telepon larut malam dari
seseorang: "kami punya bayi laki-laki yang batal
dipungut; apakah Anda berminat? Mereka menjawab:
"Tentu saja." Ibu kandung saya lalu mengetahui bahwa
ibu angkat saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah
angkat saya bahkan tidak tamat SMA. Dia menolak
menandatangani perjanjian adopsi. Sikapnya baru
melunak beberapa bulan kemudian, setelah orang tua
saya berjanji akan menyekolahkan saya sampai perguruan
tinggi.
Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah. Namun,
dengan naifnya saya memilih universitas yang hampir
sama mahalnya dengan Stanford, sehingga seluruh
tabungan orang tua saya- yang hanya pegawai rendahan-
habis untuk biaya kuliah. Setelah enam bulan, saya
tidak melihat manfaatnya. Saya tidak tahu apa yang
harus saya lakukan dalam hidup saya dan bagaimana
kuliah akan membantu saya menemukannya. Saya sudah
menghabiskan seluruh tabungan yang dikumpulkan orang
tua saya seumur hidup mereka. Maka, saya pun
memutuskan berhenti kuliah, yakin bahwa itu yang
terbaik. Saat itu rasanya menakutkan, namun sekarang
saya menganggapnya sebagai keputusan terbaik yang
pernah saya ambil.
Begitu DO, saya langsung berhenti mengambil kelas
wajib yang tidak saya minati dan mulai mengikuti
perkuliahan yang saya sukai.
Masa-masa itu tidak selalu menyenangka n. Saya tidak
punya kamar kos sehingga nebeng tidur di lantai kamar
teman-teman saya. Saya mengembalikan botol Coca-Cola
agar dapat pengembalian 5 sen untuk membeli makanan.
Saya berjalan 7 mil melintasi kota setiap Minggu malam
untuk mendapat makanan enak di biara Hare Krishna.
Saya menikmatinya. Dan banyak yang saya temui saat itu
karena mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi, ternyata
kemudian sangat berharga. Saya beri Anda satu contoh:
Reed College mungkin waktu itu adalah yang terbaik di
AS dalam hal kaligrafi. Di seluruh penjuru kampus,
setiap poster, label, dan petunjuk ditulis tangan
dengan sangat indahnya. Karena sudah DO, saya tidak
harus mengikuti perkuliahan normal. Saya memutuskan
mengikuti kelas kaligrafi guna mempelajarinya. Saya
belajar jenis-jenis huruf serif dan san serif, membuat
variasi spasi antar kombinasi kata dan kiat membuat
tipografi yang hebat. Semua itu merupakan kombinasi
cita rasa keindahan, sejarah dan seni yang tidak dapat
ditangkap melalui sains. Sangat menakjubkan.
Saat itu sama sekali tidak terlihat manfaat kaligrafi
bagi kehidupan saya. Namun sepuluh tahun kemudian,
ketika kami mendisain komputer Macintosh yang pertama,
ilmu itu sangat bermanfaat. Mac adalah komputer
pertama yang bertipografi cantik. Seandainya saya
tidak DO dan mengambil kelas kaligrafi, Mac tidak akan
memiliki sedemikian banyak huruf yang beragam bentuk
dan proporsinya. Dan karena Windows menjiplak Mac,
maka tidak ada PC yang seperti itu. Andaikata saya
tidak DO, saya tidak berkesempatan mengambil kelas
kaligrafi, dan PC tidak memiliki tipografi yang indah.
Tentu saja, tidak mungkin merangkai cerita seperti itu
sewaktu saya masih kuliah. Namun, sepuluh tahun
kemudian segala sesuatunya menjadi gamblang.
Sekali lagi, Anda tidak akan dapat merangkai titik
dengan melihat ke depan; Anda hanya bisa melakukannya
dengan merenung ke belakang. Jadi, Anda harus percaya
bahwa titik-titik Anda bagaimana pun akan terangkai di
masa mendatang. Anda harus percaya dengan intuisi,
takdir, jalan hidup, karma Anda, atau istilah apa pun
lainnya. Pendekatan ini efektif dan membuat banyak
perbedaan dalam kehidupan saya.
Cerita Kedua Saya: Cinta dan Kehilangan.
Saya beruntung karena tahu apa yang saya sukai sejak
masih muda. Woz dan saya mengawali Apple di garasi
orang tua saya ketika saya berumur 20 tahun. Kami
bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple berkembang dari
hanya kami berdua menjadi perusahaan 2 milyar dolar
dengan 4000 karyawan. Kami baru meluncurkan produk
terbaik kami-Macintosh- satu tahun sebelumnya, dan
saya baru menginjak usia 30. Dan saya dipecat.
Bagaimana mungkin Anda dipecat oleh perusahaan yang
Anda dirikan? Yah, itulah yang terjadi. Seiring
pertumbuhan Apple, kami merekrut orang yang saya pikir
sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaan
bersama saya. Dalam satu tahun pertama,semua berjalan
lancar. Namun, kemudian muncul perbedaan dalam visi
kami mengenai masa depan dan kami sulit disatukan.
Komisaris ternyata berpihak padanya. Demikianlah, di
usia 30 saya tertendang. Beritanya ada di mana-mana.
Apa yang menjadi fokus sepanjang masa dewasa saya,
tiba-tiba sirna. Sungguh menyakitkan.
Dalam beberapa bulan kemudian, saya tidak tahu apa
yang harus saya lakukan. Saya merasa telah
mengecewakan banyak wirausahawan generasi sebelumnya
-saya gagal mengambil kesempatan. Saya bertemu dengan
David Packard dan Bob Noyce dan meminta maaf atas
keterpurukan saya. Saya menjadi tokoh publik yang
gagal, dan bahkan berpikir untuk lari dari Silicon
Valley. Namun, sedikit demi sedikit semangat timbul
kembali- saya masih menyukai pekerjaan saya. Apa yang
terjadi di Apple sedikit pun tidak mengubah saya. Saya
telah ditolak, namun saya tetap cinta. Maka, saya
putuskan untuk mulai lagi dari awal.
Waktu itu saya tidak melihatnya, namun belakangan baru
saya sadari bahwa dipecat dari Apple adalah kejadian
terbaik yang menimpa saya. Beban berat sebagai orang
sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai pemula,
segala sesuatunya lebih tidak jelas. Hal itu
mengantarkan saya pada periode paling kreatif dalam
hidup saya.
Dalam lima tahun berikutnya, saya mendirikan
perusahaan bernama NeXT, lalu Pixar, dan jatuh cinta
dengan wanita istimewa yang kemudian menjadi istri
saya. Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang
menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story,
dan sekarang merupakan studio animasi paling sukses di
dunia. Melalui rangkaian peristiwa yang menakjubkan,
Apple membeli NeXT, dan saya kembali lagi ke Apple,
dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi
jantung bagi kebangkitan kembali Apple. Dan, Laurene
dan saya memiliki keluarga yang luar biasa.
Saya yakin takdir di atas tidak terjadi bila saya
tidak dipecat dari Apple. Obatnya memang pahit, namun
sebagai pasien saya memerlukannya. Kadangkala
kehidupan menimpakan batu ke kepala Anda. Jangan
kehilangan kepercayaan. Saya yakin bahwa satu-satunya
yang membuat saya terus berusaha adalah karena saya
menyukai apa yang saya lakukan. Anda harus menemukan
apa yang Anda sukai. Itu berlaku baik untuk pekerjaan
maupun pasangan hidup Anda. Pekerjaan Anda akan
menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan
sejati hanya dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu
yang hebat. Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan
apa yang Anda sukai. Bila Anda belum menemukannya,
teruslah mencari. Jangan menyerah. Hati Anda akan
mengatakan bila Anda telah menemukannya. Sebagaimana
halnya dengan hubungan hebat lainnya, semakin lama-
semakin mesra Anda dengannya. Jadi, teruslah mencari
sampai ketemu. Jangan berhenti.
Cerita Ketiga Saya: Kematian
Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang
kurang lebih berbunyi: "Bila kamu menjalani hidup
seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka
suatu hari kamu akan benar." Ungkapan itu membekas
dalam diri saya, dan semenjak saat itu, selama 33
tahun terakhir, saya selalu melihat ke cermin setiap
pagi dan bertanya kepada diri sendiri: "Bila ini
adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan
apa yang akan saya lakukan hari ini?" Bila jawabannya
selalu "tidak" dalam beberapa hari berturut-turut,
saya tahu saya harus berubah.
Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah kiat
penting yang saya temukan untuk membantu membuat
keputusan besar. Karena hampir segala sesuatu-semua
harapan eksternal, kebanggaan, takut malu atau
gagal-tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian.
Hanya yang hakiki yang tetap ada. Mengingat kematian
adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari
jebakan berpikir bahwa Anda akan kehilangan sesuatu.
Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada
alasan untuk tidak mengikuti kata hati Anda.
Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap
kanker. Saya menjalani scan pukul 7:30 pagi dan
hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor
pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas.
Para dokter mengatakan kepada saya bahwa hampir pasti
jenisnya adalah yang tidak dapat diobati. Harapan
hidup saya tidak lebih dari 3-6 bulan. Dokter
menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan
segala sesuatunya, yang merupakan sinyal dokter agar
saya bersiap mati. Artinya, Anda harus menyampaikan
kepada anak Anda dalam beberapa menit segala hal yang
Anda rencanakan dalam sepuluh tahun mendatang.
Artinya, memastikan bahwa segalanya diatur agar mudah
bagi keluarga Anda. Artinya, Anda harus mengucapkan
selamat tinggal.
Sepanjang hari itu saya menjalani hidup berdasarkan
diagnosis tersebut. Malam harinya, mereka memasukkan
endoskopi ke tenggorokan, lalu ke perut dan lambung,
memasukkan jarum ke pankreas saya dan mengambil
beberapa sel tumor. Saya dibius, namun istri saya,
yang ada di sana, mengatakan bahwa ketika melihat
selnya di bawah mikroskop, para dokter menangis
mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker pankreas yang
sangat jarang, namun bisa diatasi dengan operasi. Saya
dioperasi dan sehat sampai sekarang.
Itu adalah rekor terdekat saya dengan kematian dan
berharap terus begitu hingga beberapa dekade lagi.
Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya
bisa katakan dengan yakin kepada Anda bahwa menurut
konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna:
Tidak ada orang yang ingin mati. Bahkan orang yang
ingin masuk surga pun tidak ingin mati dulu untuk
mencapainya. Namun, kematian pasti menghampiri kita.
Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus
demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari
kehidupan. Kematian membuat hidup berputar. Dengannya
maka yang tua menyingkir untuk digantikan yang muda.
Maaf bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun
memang begitu.
Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan
menjalani hidup orang lain. Jangan terperangkap dengan
dogma-yaitu hidup bersandar pada hasil pemikiran orang
lain. Jangan biarkan omongan orang menulikan Anda
sehingga tidak mendengar kata hati Anda. Dan yang
terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti kata
hati dan intuisi Anda, maka Anda pun akan sampai pada
apa yang Anda inginkan. Semua hal lainnya hanya nomor
dua.
Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang
bernama "The Whole Earth Catalog", yang menjadi salah
satu buku pintar generasi saya. Buku itu diciptakan
oleh seorang bernama Stewart Brand yang tinggal tidak
jauh dari sini di Menlo Park, dan dia membuatnya
sedemikian menarik dengan sentuhan puitisnya. Waktu
itu akhir 1960-an, sebelum era komputer dan desktop
publishing, jadi semuanya dibuat dengan mesin tik,
gunting, dan kamera polaroid. Mungkin seperti Google
dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum kelahiran
Google: isinya padat dengan tips-tips ideal dan
ungkapan-ungkapan hebat.
Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi
"The Whole Earth Catalog", dan ketika mencapai titik
ajalnya, mereka membuat edisi terakhir. Saat itu
pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda. Di
sampul belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan
pedesaan di pagi hari, jenis yang mungkin Anda lalui
jika suka bertualang. Di bawahnya ada kata-kata: "Stay
Hungry. Stay Foolish." (Jangan Pernah Puas. Selalu
Merasa Bodoh). Itulah pesan perpisahan yang dibubuhi
tanda tangan mereka. Stay Hungry. Stay Foolish. Saya
selalu mengharapkan diri saya begitu. Dan sekarang,
karena Anda akan lulus untuk memulai kehidupan baru,
saya harapkan Anda juga begitu. Stay Hungry. Stay Foolish.
We are not a human being and having a spiritual expirience we are a spiritual being and having a human expirience
Labels:
Great People Says
Subscribe to:
Posts (Atom)