Sunday, May 25, 2008

Knowledge & Rich

Sunday, May 25, 2008 0
Beberapa waktu lalu , saya menyaksikan sebuah video yang ditayangkan dalam kelas sebagai pembangkit motivasi
(sebenarnya menurut saya , adalah untuk menyakikan bahwa para mahasiswa tidak mengambil langkah yang salah karena telah memutuskan untuk memasuki dunia kampus)
dalam video itu ditayangkan Li Ka Shing , orang paling kaya di Hongkong dan Asia timur. dan menurut majalah forbes juga merupakan keturunan China yang paling kaya di dunia dengan kekayaan bersih sekira $2.65 Milyar dengan perusahaannya "Hutchison Whampoa Ltd"
Kutipan yang saya anggap bisa dijadikan pelajaran adalah :
"Knowledge doesn't guarantee people to become rich but I do believe it opens more opportunity ... "
Li Ka Shing,

Latar belakangnya juga dari masyarakat yang tidak mampu dan dengan tanggung jawab untuk menyokong perekonomian keluarga , Li terpaksa harus meninggalkan bangku sekolah sebelum usia 15 tahun dan bekerja pada perusahaan perdagangan plastik dengan 16 jam sehari . Alangkah bersyukurnya saya karena mampu mengecap pendidikan sampai umur 20an ~_~ . Yang menarik, dia berkemauan keras dan dengan keuletan , kesabarannya akhirnya dia berhasil untuk mendirikan usahanya sendiri.

Berikut adalah kutipan dari Artikel Harvard businees school
"From his humble beginnings in China as a teacher’s son, a refugee, and later as a salesman, Li provides a lesson in integrity and adaptability. Through hard work, and a reputation for remaining true to his internal moral compass, he was able to build a business empire that includes: banking, construction, real estate, plastics, cellular phones, satellite television, cement production, retail outlets (pharmacies and supermarkets), hotels, domestic transportation (sky train), airports, electric power, steel production, ports, and shipping"

Sungguh hal ini membuat saya kagum dengan pak Li
Dengan kerja kerasnya , integritas dirinya dia memiliki kepercayaan dari banyak orang untuk memimpin bisnis.

Walaupun Pak Li bukanlah dari kalangan terpelajar tapi pak Li tetap menyatakan bahwa pendidikan adalah hal yang penting, walaupun tidak menjanjikan orang yang terpelajar untuk kaya namun dengan pendidikan dan pengetahuan dapat membuka lebih lebar kesempatan untuk meraih kekayaan yang menjadikan dambaan setiap orang.

Sebelumnya saya merasa telah mengambil salah langkah dalam hidup ini dengan memasukki perkuliahan , tapi setelah apa yang pak Li katakan, saya mengubur dalam2 hal yang saya anggap benar itu. Saya menjadi sadar, dengan menjadi orang yang terpelajar. apa yang dapat membedakan kita dari orang yang tidak terpelajar. Harusnya kita lebih mampu bersaing lagi dengan orang yang tidak terpelajar. dan dibalik perkataannya "I do believe it opens more opportunity.. " saya tersentak dan berpikir bahwa hal ini benar sekali.
Orang dengan bekal ilmu pengetahuan sudah seharusnya sangat sigap dalam menghadapi kompetisi dan tentunya... lebih kompetitif karena kita memiliki kekuatan yang sangat powerfull " Knowledge" yang tidak murah, harus dibayar dengan waktu, biaya, usaha dan kelelahan.
Thanks to Mr Li for giving such lessons.
Now, I do know what I must do with my talent, my education, and opportunies that open more wide in front of me





Wednesday, May 21, 2008

Stress

Wednesday, May 21, 2008 0
Pada suatu acara perkuliahan , saya menemukan dosen saya mengungkapkan hal yang saya rasa menjad perspektif baru yang sangat mempengaruhi arah pemikiran saya. Yaitu ,

"Stress itu karena apa yang diucapkan tidak sesuai dengan yang ada di hati , bukan banyaknya permasalahan yang kita hadapi"

Tadinya ini ditujukan oleh dosen saya sebagai sikap kritis atas pejabat-pejabat negeri ini dan ketidak konsistenan mereka dalam mempertahankan idealisme mereka, tapi ini juga dapat dijadikan kritik atas sikap dan pengalaman kita dalam menemui suatu permasalahan

Saya juga merasakannya dalam scope pribadi dalam hal ini antara leadership dan tim, Hal ini muncul dalam kelompok kerja tugas-tugas yang akhir-akhir ini sangat banyak. Tadinya saya merasa "wah stress juga ini banyak tugas banget"
tapi ternyata saya salah, setelah dipikir2..... Benar juga bahwa apa yang tidak sejalan dengan idealisme kita cenderung menjadikan kita stress...
Mungkin dalam 1 workgroup kita akan binggung untuk menentukan siapakah yang akan menjadi group leader ? at least.. siapakah yang akan memimpin dan mengarahkan banyaknya orang dalam 1 group. Hal ini tidak mudah dimana sifat ego masing-masing tidak mau didominasi walaupun beberapa memang merasakan hal itu sebagai hal yang perlu. Tapi sikap ego dari masing-masing orang dapat kita pengaruhi asalkan kita mempunyai apa yang saya sebut... "Kharisma" dan kharisma ini tidak mudah didapatkan... beberapanya adalah kata-kata yang tepat dalam melembutkan kekerasan hati masing-masing ataupun dengan apa yang kita lakukan. Suatu kali saya ingin sekali memposisikan diri dalam kelompok sebagai pemimpin karena saya merasakan juga bahwa hal ini perlu dimana masing-masing merasakan kurangnya satu karakter dominan untuk mengarahkan workgroup.
Ketika mengalami pengalaman ini saya mulai merasakan Stress, dengan sebab seperti apa yang saya jabarkan. bahwa tidak sesuai dengan apa yang kita mau secara "idealnya" mau tidak mau maka harus ada yang mengalah dengan dasar rasionalitas atas kinerja kita juga.
Sementara sikap untuk membawa 1 kelompok dengan satu tujuan ataupun mengerucutkan perspektif yang lebar dapat dianggap menyebalkan atau "sok kuasa" dan jika tidak melakukan hal ini maka group akan mempunyai pandangan masing-masing.
Hal ini cenderung membawa kita pada kondisi "stress" dibawa tekanan 2 hal yang vital.
pernahkah anda merasa :
"akan lebih baik...."
"saya ingin sekali....."
"saya harus......"
hal tersebut menyatakan intensitas kita atas kemauan kita sendiri.... seberapa maunya.
Jika kita hanya merasakan intensitas yang lemah "akan lebih baik....." dan keputusan yang benar menjadi tidak kita ambil dan cenderung membuat kita stress karena apa yang mau kita kerjakan(ekpektasi) kita harus mati (mengalah) untuk kepentingan kolektif yang mungkin membawa kita kepada kesalahan.
Tapi jika anda mempunyai intensitas "saya harus..." dan digaungkan terus, anda akan mencari cara bagaimana untuk mengurangi intensitas penilaian orang atas "sok kuasa" anda . Apalagi kalau keputusan anda membawa orang pada jalan yang benar. Inilah yang dinamakan risk sebagai seorang pemimpin team. Dan tentunya, apabila sikap konsisten kita ini benar2 kuat sekali maka apa yang menjadi idealnya kita akan terpenuhi, walaupun tidak sepenuhnya. Maka anda tidak akan menghadapi stress berkelanjutan tapi hanya mengalami stress di awal saja, ketika masalah terpecahkan (selesai) maka berakhirlah stress anda.
Berbeda apabila anda memilih "akan lebih baik" maka stress yang anda hadapi akan kontinu karena apa yang menjadi ekpektasi anda tidak terjadi sementara anda menyadari tidak harusnya melakukan langkah tsb.....
Stress anda akan semakin parah....

Hal ini merupakan pengalaman pribadi
Dalam suatu kelompok tim, beberapa orang tidak mempunyai perspektif yang sama sebelum melakukan tugas masing-masing. apakah saya harus menyamakan perspektifnya ? tentu saja iya.
setelah itu, maka akan terjadi pengerjaan pada apa yang hendak kita lakukan... tapi pada prosesnya timbullah pro dan kontra ... apakah harus..... atau harus......
disinilah stress mulai muncul.
Jika anda bersikap terlalu resesif, mungkin anda akan mengalami stress yang pertama
begitu juga jika bersikap dominan maka stress yang dihadapi juga merupakan stress yang pertama dan dapat berupa ketidakhormatan orang lain kepada anda
adalah penting bagaimana kita dapat bersikap assertif dalam tim sehingga walaupun terlihat sok kuasa (bossy) tapi kita tetap bisa memanage hubungan dengan orang-orang yang bekerjasama dengan kita. Bukan sebagai pribadi yang bossy tapi sebagai pribadi yang berbaur. That's all . Karena kita bukanlah apa-apa tanpa teman-teman dan tim kita.
We're the social creature...

Sunday, May 11, 2008

Stay Hungry, Stay Foolish

Sunday, May 11, 2008 0
Berikut ini adalah pidato dari seorang idola saya

Steve Jobs

semoga berguna bagi pembaca sekalian


Pidato Steve Job di Acara Wisuda Stanford University


Stay Hungry. Stay Foolish


Saya merasa bangga di tengah-tengah Anda sekarang,

yang akan segera lulus dari salah satu universitas

terbaik di dunia. Saya tidak pernah selesai kuliah.

Sejujurnya, baru saat inilah saya merasakan suasana

wisuda. Hari ini saya akan menyampaikan tiga cerita

pengalaman hidup saya. Ya, tidak perlu banyak. Cukup

tiga.


Cerita Pertama: Menghubungkan Titik-Titik

Saya drop out (DO) dari Reed College setelah semester

pertama, namun saya tetap berkutat di situ sampai 18

bulan kemudian, sebelum betul-betul putus kuliah.

Mengapa saya DO?

Kisahnya dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung saya

adalah mahasiswi belia yang hamil karena "kecelakaan"

dan memberikan saya kepada seseorang untuk diadopsi.

Dia bertekad bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga

sarjana, maka saya pun diperjanjikan untuk dipungut

anak semenjak lahir oleh seorang pengacara dan

istrinya. Sialnya, begitu saya lahir, tiba-tiba mereka

berubah pikiran karena ingin bayi perempuan. Maka

orang tua saya sekarang, yang ada di daftar urut

berikutnya, mendapatkan telepon larut malam dari

seseorang: "kami punya bayi laki-laki yang batal

dipungut; apakah Anda berminat? Mereka menjawab:

"Tentu saja." Ibu kandung saya lalu mengetahui bahwa

ibu angkat saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah

angkat saya bahkan tidak tamat SMA. Dia menolak

menandatangani perjanjian adopsi. Sikapnya baru

melunak beberapa bulan kemudian, setelah orang tua

saya berjanji akan menyekolahkan saya sampai perguruan

tinggi.

Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah. Namun,

dengan naifnya saya memilih universitas yang hampir

sama mahalnya dengan Stanford, sehingga seluruh

tabungan orang tua saya- yang hanya pegawai rendahan-

habis untuk biaya kuliah. Setelah enam bulan, saya

tidak melihat manfaatnya. Saya tidak tahu apa yang

harus saya lakukan dalam hidup saya dan bagaimana

kuliah akan membantu saya menemukannya. Saya sudah

menghabiskan seluruh tabungan yang dikumpulkan orang

tua saya seumur hidup mereka. Maka, saya pun

memutuskan berhenti kuliah, yakin bahwa itu yang

terbaik. Saat itu rasanya menakutkan, namun sekarang

saya menganggapnya sebagai keputusan terbaik yang

pernah saya ambil.

Begitu DO, saya langsung berhenti mengambil kelas

wajib yang tidak saya minati dan mulai mengikuti

perkuliahan yang saya sukai.

Masa-masa itu tidak selalu menyenangka n. Saya tidak

punya kamar kos sehingga nebeng tidur di lantai kamar

teman-teman saya. Saya mengembalikan botol Coca-Cola

agar dapat pengembalian 5 sen untuk membeli makanan.

Saya berjalan 7 mil melintasi kota setiap Minggu malam

untuk mendapat makanan enak di biara Hare Krishna.

Saya menikmatinya. Dan banyak yang saya temui saat itu

karena mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi, ternyata

kemudian sangat berharga. Saya beri Anda satu contoh:

Reed College mungkin waktu itu adalah yang terbaik di

AS dalam hal kaligrafi. Di seluruh penjuru kampus,

setiap poster, label, dan petunjuk ditulis tangan

dengan sangat indahnya. Karena sudah DO, saya tidak

harus mengikuti perkuliahan normal. Saya memutuskan

mengikuti kelas kaligrafi guna mempelajarinya. Saya

belajar jenis-jenis huruf serif dan san serif, membuat

variasi spasi antar kombinasi kata dan kiat membuat

tipografi yang hebat. Semua itu merupakan kombinasi

cita rasa keindahan, sejarah dan seni yang tidak dapat

ditangkap melalui sains. Sangat menakjubkan.

Saat itu sama sekali tidak terlihat manfaat kaligrafi

bagi kehidupan saya. Namun sepuluh tahun kemudian,

ketika kami mendisain komputer Macintosh yang pertama,

ilmu itu sangat bermanfaat. Mac adalah komputer

pertama yang bertipografi cantik. Seandainya saya

tidak DO dan mengambil kelas kaligrafi, Mac tidak akan

memiliki sedemikian banyak huruf yang beragam bentuk

dan proporsinya. Dan karena Windows menjiplak Mac,

maka tidak ada PC yang seperti itu. Andaikata saya

tidak DO, saya tidak berkesempatan mengambil kelas

kaligrafi, dan PC tidak memiliki tipografi yang indah.

Tentu saja, tidak mungkin merangkai cerita seperti itu

sewaktu saya masih kuliah. Namun, sepuluh tahun

kemudian segala sesuatunya menjadi gamblang.

Sekali lagi, Anda tidak akan dapat merangkai titik

dengan melihat ke depan; Anda hanya bisa melakukannya

dengan merenung ke belakang. Jadi, Anda harus percaya

bahwa titik-titik Anda bagaimana pun akan terangkai di

masa mendatang. Anda harus percaya dengan intuisi,

takdir, jalan hidup, karma Anda, atau istilah apa pun

lainnya. Pendekatan ini efektif dan membuat banyak

perbedaan dalam kehidupan saya.


Cerita Kedua Saya: Cinta dan Kehilangan.

Saya beruntung karena tahu apa yang saya sukai sejak

masih muda. Woz dan saya mengawali Apple di garasi

orang tua saya ketika saya berumur 20 tahun. Kami

bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple berkembang dari

hanya kami berdua menjadi perusahaan 2 milyar dolar

dengan 4000 karyawan. Kami baru meluncurkan produk

terbaik kami-Macintosh- satu tahun sebelumnya, dan

saya baru menginjak usia 30. Dan saya dipecat.

Bagaimana mungkin Anda dipecat oleh perusahaan yang

Anda dirikan? Yah, itulah yang terjadi. Seiring

pertumbuhan Apple, kami merekrut orang yang saya pikir

sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaan

bersama saya. Dalam satu tahun pertama,semua berjalan

lancar. Namun, kemudian muncul perbedaan dalam visi

kami mengenai masa depan dan kami sulit disatukan.

Komisaris ternyata berpihak padanya. Demikianlah, di

usia 30 saya tertendang. Beritanya ada di mana-mana.

Apa yang menjadi fokus sepanjang masa dewasa saya,

tiba-tiba sirna. Sungguh menyakitkan.

Dalam beberapa bulan kemudian, saya tidak tahu apa

yang harus saya lakukan. Saya merasa telah

mengecewakan banyak wirausahawan generasi sebelumnya

-saya gagal mengambil kesempatan. Saya bertemu dengan

David Packard dan Bob Noyce dan meminta maaf atas

keterpurukan saya. Saya menjadi tokoh publik yang

gagal, dan bahkan berpikir untuk lari dari Silicon

Valley. Namun, sedikit demi sedikit semangat timbul

kembali- saya masih menyukai pekerjaan saya. Apa yang

terjadi di Apple sedikit pun tidak mengubah saya. Saya

telah ditolak, namun saya tetap cinta. Maka, saya

putuskan untuk mulai lagi dari awal.

Waktu itu saya tidak melihatnya, namun belakangan baru

saya sadari bahwa dipecat dari Apple adalah kejadian

terbaik yang menimpa saya. Beban berat sebagai orang

sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai pemula,

segala sesuatunya lebih tidak jelas. Hal itu

mengantarkan saya pada periode paling kreatif dalam

hidup saya.

Dalam lima tahun berikutnya, saya mendirikan

perusahaan bernama NeXT, lalu Pixar, dan jatuh cinta

dengan wanita istimewa yang kemudian menjadi istri

saya. Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang

menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story,

dan sekarang merupakan studio animasi paling sukses di

dunia. Melalui rangkaian peristiwa yang menakjubkan,

Apple membeli NeXT, dan saya kembali lagi ke Apple,

dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi

jantung bagi kebangkitan kembali Apple. Dan, Laurene

dan saya memiliki keluarga yang luar biasa.

Saya yakin takdir di atas tidak terjadi bila saya

tidak dipecat dari Apple. Obatnya memang pahit, namun

sebagai pasien saya memerlukannya. Kadangkala

kehidupan menimpakan batu ke kepala Anda. Jangan

kehilangan kepercayaan. Saya yakin bahwa satu-satunya

yang membuat saya terus berusaha adalah karena saya

menyukai apa yang saya lakukan. Anda harus menemukan

apa yang Anda sukai. Itu berlaku baik untuk pekerjaan

maupun pasangan hidup Anda. Pekerjaan Anda akan

menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan

sejati hanya dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu

yang hebat. Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan

apa yang Anda sukai. Bila Anda belum menemukannya,

teruslah mencari. Jangan menyerah. Hati Anda akan

mengatakan bila Anda telah menemukannya. Sebagaimana

halnya dengan hubungan hebat lainnya, semakin lama-

semakin mesra Anda dengannya. Jadi, teruslah mencari

sampai ketemu. Jangan berhenti.


Cerita Ketiga Saya: Kematian

Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang

kurang lebih berbunyi: "Bila kamu menjalani hidup

seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka

suatu hari kamu akan benar." Ungkapan itu membekas

dalam diri saya, dan semenjak saat itu, selama 33

tahun terakhir, saya selalu melihat ke cermin setiap

pagi dan bertanya kepada diri sendiri: "Bila ini

adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan

apa yang akan saya lakukan hari ini?" Bila jawabannya

selalu "tidak" dalam beberapa hari berturut-turut,

saya tahu saya harus berubah.

Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah kiat

penting yang saya temukan untuk membantu membuat

keputusan besar. Karena hampir segala sesuatu-semua

harapan eksternal, kebanggaan, takut malu atau

gagal-tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian.

Hanya yang hakiki yang tetap ada. Mengingat kematian

adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari

jebakan berpikir bahwa Anda akan kehilangan sesuatu.

Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada

alasan untuk tidak mengikuti kata hati Anda.

Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap

kanker. Saya menjalani scan pukul 7:30 pagi dan

hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor

pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas.

Para dokter mengatakan kepada saya bahwa hampir pasti

jenisnya adalah yang tidak dapat diobati. Harapan

hidup saya tidak lebih dari 3-6 bulan. Dokter

menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan

segala sesuatunya, yang merupakan sinyal dokter agar

saya bersiap mati. Artinya, Anda harus menyampaikan

kepada anak Anda dalam beberapa menit segala hal yang

Anda rencanakan dalam sepuluh tahun mendatang.

Artinya, memastikan bahwa segalanya diatur agar mudah

bagi keluarga Anda. Artinya, Anda harus mengucapkan

selamat tinggal.

Sepanjang hari itu saya menjalani hidup berdasarkan

diagnosis tersebut. Malam harinya, mereka memasukkan

endoskopi ke tenggorokan, lalu ke perut dan lambung,

memasukkan jarum ke pankreas saya dan mengambil

beberapa sel tumor. Saya dibius, namun istri saya,

yang ada di sana, mengatakan bahwa ketika melihat

selnya di bawah mikroskop, para dokter menangis

mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker pankreas yang

sangat jarang, namun bisa diatasi dengan operasi. Saya

dioperasi dan sehat sampai sekarang.

Itu adalah rekor terdekat saya dengan kematian dan

berharap terus begitu hingga beberapa dekade lagi.

Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya

bisa katakan dengan yakin kepada Anda bahwa menurut

konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna:

Tidak ada orang yang ingin mati. Bahkan orang yang

ingin masuk surga pun tidak ingin mati dulu untuk

mencapainya. Namun, kematian pasti menghampiri kita.

Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus

demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari

kehidupan. Kematian membuat hidup berputar. Dengannya

maka yang tua menyingkir untuk digantikan yang muda.

Maaf bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun

memang begitu.

Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan

menjalani hidup orang lain. Jangan terperangkap dengan

dogma-yaitu hidup bersandar pada hasil pemikiran orang

lain. Jangan biarkan omongan orang menulikan Anda

sehingga tidak mendengar kata hati Anda. Dan yang

terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti kata

hati dan intuisi Anda, maka Anda pun akan sampai pada

apa yang Anda inginkan. Semua hal lainnya hanya nomor

dua.

Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang

bernama "The Whole Earth Catalog", yang menjadi salah

satu buku pintar generasi saya. Buku itu diciptakan

oleh seorang bernama Stewart Brand yang tinggal tidak

jauh dari sini di Menlo Park, dan dia membuatnya

sedemikian menarik dengan sentuhan puitisnya. Waktu

itu akhir 1960-an, sebelum era komputer dan desktop

publishing, jadi semuanya dibuat dengan mesin tik,

gunting, dan kamera polaroid. Mungkin seperti Google

dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum kelahiran

Google: isinya padat dengan tips-tips ideal dan

ungkapan-ungkapan hebat.

Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi

"The Whole Earth Catalog", dan ketika mencapai titik

ajalnya, mereka membuat edisi terakhir. Saat itu

pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda. Di

sampul belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan

pedesaan di pagi hari, jenis yang mungkin Anda lalui

jika suka bertualang. Di bawahnya ada kata-kata: "Stay

Hungry. Stay Foolish." (Jangan Pernah Puas. Selalu

Merasa Bodoh). Itulah pesan perpisahan yang dibubuhi

tanda tangan mereka. Stay Hungry. Stay Foolish. Saya

selalu mengharapkan diri saya begitu. Dan sekarang,

karena Anda akan lulus untuk memulai kehidupan baru,

saya harapkan Anda juga begitu. Stay Hungry. Stay Foolish.


We are not a human being and having a spiritual expirience we are a spiritual being and having a human expirience
 
Albert Wu ◄Design by Pocket, BlogBulk Blogger Templates