Seorang wanita yg baru saja menikah datang pd ibunya & mengeluh soal tingkah laku suaminya.
Setelah pesta pernikahan yg gegap gempita beberapa waktu lalu,baru ia tahu karakter asli sang suami. Keras kepala,suka bermalas malasan,boros dsb...
Ibu muda itu berharap orang tuanya ikut menyalahkan suaminya.Namun betapa kagetnya ternyata ibunya diam saja.Bahkan sang ibu kemudian malah masuk ke dapur,sementara putrinya trus bercerita & mengikutinya.
Sang ibu lalu memasak air. Setelah sekian lama,air mendidih.Sang ibu menuangkan air panas itu kedalam 3 gelas yg telah disiapkan.
Di gelas pertama ia masukkan Telur.
Digelas kedua, ia taruh Wortel & digelas ketiga,ia bubuhkan Kopi.
Setelah menunggu beberapa saat ,ia mengangkat isi ke 3 gelas tadi.
Wortel yg keras menjadi
Lembut,
Telur yg mudah pecah menjadi Keras &
Kopi yg panas memancarkan aroma yg harum.
Lalu sang ibu menjelaskan,
"Nak masalah itu bagaikan air mendidih,namun, bagaimana sikap kitalah yg akan menentukan hasilnya.
Kita bisa menjadi :
Lembek seperti Wortel.
Mengeras seperti Telur.
Atau menjadi harum seperti Kopi yg panas.
Dalam setiap masalah, sebenarnya tersimpan mutiara iman yg berharga. Sangat mudah untuk bersyukur saat keadaan baik2 saja,tapi apakah kita dapat tetap percaya pada saat pertolongan Tuhan seolah-olah tdk kunjung datang?
Ingatlah dalam setiap masalah TUHAN punya rencana buat kita krn Rancangan-NYA yg damai sejahtera untuk memberikan kpd kita hari depan yg penuh harapan
Hari ini kita belajar dari 3 reaksi orang saat menghadapi masalah yg datang.
Ada yg jadi lembek,suka mengeluh & mengasihi diri. Ada yg mengeras marah & berontak pd Tuhan,tapi Ada jg justru semakin harum,semakin taat & mau berserah percaya pada-Nya.
Adakalanya Tuhan sengaja menunda pertolongan-Nya Dgn tujuan,agar kita belajar percaya,bahwa tdk pernah ada masalah yg tidak dpt diselesaikan oleh-NYA
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Monday, October 18, 2010
Saturday, October 9, 2010
Hal terpenting dalam hidup
Saturday, October 9, 2010
0
Dulu, ada seorang Kaisar yang mengatakan pada salah seorang penunggang kudanya, jika dia bisa naik kuda dan menjelajahi daerah seluas apapun, Kaisar akan memberikan kepadanya daerah seluas yang bisa dijelajahinya. Kontan si penunggang kuda itu melompat ke punggung kudanya dan melesat secepat mungkin untuk menjelajahi dataran seluas mungkin.
Dia melaju dan terus melaju, melecuti kudanya untuk lari secepat mungkin. Ketika lapar dan letih, dia tidak berhenti karena dia ingin menguasai dataran seluas mungkin. Akhirnya, sampailah dia pada suatu tempat dimana cukup luas daerah telah berhasil dijelajahinya, dan dia menjadi begitu kelelahan dan hampir mati.
Lalu dia berkata terhadap dirinya sendiri, "Mengapa aku memaksa diri begitu keras untuk menguasai daerah yang begitu luas? Sekarang aku sudah sekarat, dan aku hanya butuh tempat yang begitu kecil untuk menguburkan diriku sendiri.
"Cerita ini mirip dengan perjalanan hidup kita. Kita memaksa diri begitu keras tiap hari untuk mencari uang, kuasa, dan keyakinan diri. Kita mengabaikan kesehatan kita, waktu kita bersama keluarga, dan kesempatan mengagumi keindahan sekitar, hal-hal yang ingin kita lakukan, dan juga kehidupan rohani dan pelayanan kita.
Suatu hari ketika kita menoleh ke belakang, kita akan melihat betapa kita tidak membutuhkan sebanyak itu, tapi kita tak mampu memutar mundur waktu atas semua yang tidak sempat kita lakukan. Maka, sempatkanlah untuk memikirkan barang sejenak apa yang akan kita lakukan apabila kita mati besok.
Atau apa yang akan kita lakukan jika kita meninggal dalam waktu seminggu? Sebulan? Setahun? Sepuluh tahun? 40 tahun lagi? Bukankah suatu hal yang menyenangkan sekaligus menyeramkan mengetahui kapan kita akan mati? Tapi, itulah -kita tidak tahu, kita semua tidak ada yang tahu-Hanya Tuhan yg tahu.
Jalanilah hidup yang seimbang - Belajarlah untuk menghormati dan menikmati kehidupan, dan yang terutama: Mengetahui apa yang TERPENTING dalam hidup ini.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Dia melaju dan terus melaju, melecuti kudanya untuk lari secepat mungkin. Ketika lapar dan letih, dia tidak berhenti karena dia ingin menguasai dataran seluas mungkin. Akhirnya, sampailah dia pada suatu tempat dimana cukup luas daerah telah berhasil dijelajahinya, dan dia menjadi begitu kelelahan dan hampir mati.
Lalu dia berkata terhadap dirinya sendiri, "Mengapa aku memaksa diri begitu keras untuk menguasai daerah yang begitu luas? Sekarang aku sudah sekarat, dan aku hanya butuh tempat yang begitu kecil untuk menguburkan diriku sendiri.
"Cerita ini mirip dengan perjalanan hidup kita. Kita memaksa diri begitu keras tiap hari untuk mencari uang, kuasa, dan keyakinan diri. Kita mengabaikan kesehatan kita, waktu kita bersama keluarga, dan kesempatan mengagumi keindahan sekitar, hal-hal yang ingin kita lakukan, dan juga kehidupan rohani dan pelayanan kita.
Suatu hari ketika kita menoleh ke belakang, kita akan melihat betapa kita tidak membutuhkan sebanyak itu, tapi kita tak mampu memutar mundur waktu atas semua yang tidak sempat kita lakukan. Maka, sempatkanlah untuk memikirkan barang sejenak apa yang akan kita lakukan apabila kita mati besok.
Atau apa yang akan kita lakukan jika kita meninggal dalam waktu seminggu? Sebulan? Setahun? Sepuluh tahun? 40 tahun lagi? Bukankah suatu hal yang menyenangkan sekaligus menyeramkan mengetahui kapan kita akan mati? Tapi, itulah -kita tidak tahu, kita semua tidak ada yang tahu-Hanya Tuhan yg tahu.
Jalanilah hidup yang seimbang - Belajarlah untuk menghormati dan menikmati kehidupan, dan yang terutama: Mengetahui apa yang TERPENTING dalam hidup ini.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Saturday, October 2, 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)